https://tarakan.times.co.id/
Berita

Jabar Media Summit 2025 Bahas Masa Depan Media di Era Digital

Kamis, 11 September 2025 - 20:17
Jabar Media Summit 2025 Bahas Masa Depan Media di Era Digital CEO Suara.com, Suwarjono menjadi pembicara dalam Jabar Media Summit 2025 di Pasteur Conventions Center, Holiday Inn, Kota Bandung, Kamis (11/9/2025).

TIMES TARAKAN, CIREBON – Industri media kini berada di persimpangan besar. Perubahan teknologi yang cepat, pergeseran perilaku pembaca, hingga dominasi raksasa digital global membuat media dituntut terus berinovasi agar tetap relevan dan berkelanjutan.

Tahun 2025 pun disebut menjadi masa krusial, apakah media mampu bertahan atau justru tersisih dalam pusaran disrupsi.

CEO Suara.com, Suwarjono, menegaskan bahwa isu terbesar yang kini dihadapi media adalah soal keberlangsungan.

“Masalah paling berat saat ini adalah bagaimana media bisa tetap hidup. Biaya produksi jurnalisme semakin sulit ditutup, sehingga banyak media kesulitan menghadapi badai ini,” ujarnya dalam Jabar Media Summit 2025 di Pasteur Conventions Center, Holiday Inn, Kota Bandung, Kamis (11/9/2025).

Menurutnya, dua tahun terakhir menjadi periode paling menantang bagi industri media. Diversifikasi bisnis pun menjadi langkah penting agar media tetap panjang umur. “Supaya bertahan, media harus punya sumber usaha lain di luar pemberitaan,” jelasnya.

Ia mencontohkan, media yang memiliki penopang dari lini bisnis lain cenderung lebih tangguh. “Model bisnis yang disokong unit usaha non-media rata-rata lebih bisa bertahan,” tambah Suwarjono.

Selain diversifikasi, inovasi juga menjadi kunci. Pengalaman Suara.com selama 10 tahun terakhir membuktikan bahwa proses mencoba dan gagal dalam mencari model bisnis baru tidak terhindarkan.

“Itu yang membuat kami bisa bertahan, bahkan sejauh ini belum pernah melakukan pemutusan hubungan kerja,” ungkapnya.

Suwarjono merinci sedikitnya sepuluh tantangan besar media saat ini, mulai dari penurunan trafik, berkurangnya belanja iklan pemerintah, disrupsi teknologi AI, perubahan perilaku pembaca, hingga dominasi platform digital dalam iklan.

“Ini pekerjaan rumah besar yang akan terus mengubah wajah industri media,” tegasnya.

Meski begitu, peluang juga terbuka lebar, terutama bagi media kecil. Menurutnya, konsolidasi aset digital, pemanfaatan media sebagai jembatan ekosistem, penguatan karakter kanal, dan strategi monetisasi bisa menjadi jalan keluar. Ia juga menekankan pentingnya memahami posisi media, apakah berada di hulu atau hilir industri informasi.

Dari perspektif lain, CEO Tempo, Wahyu Dhyatmika, menyoroti peran media dalam menjaga demokrasi sekaligus menghadapi tantangan pasar. Ia menyebut ada dua aspek utama: value capture dan value creation. “Apa manfaat berita kita bagi demokrasi, dan apa manfaat yang bisa kita berikan kepada pasar?” ujarnya.

Namun, Wahyu menilai masih ada kesenjangan antara nilai yang diciptakan dan yang bisa dimonetisasi. Pendapatan dari langganan Tempo, misalnya, hanya mampu menutup sekitar 15 persen biaya produksi. “Artinya, mengandalkan iklan digital atau pageview saja tidak cukup untuk menutup biaya redaksi,” tegasnya.

Ia pun mendorong adanya intervensi negara untuk mengatasi kegagalan pasar yang menekan media. “Pemerintah bisa memulai dengan memberikan insentif, misalnya keringanan pajak penghasilan bagi karyawan media,” sarannya.

Dari sisi regulasi, Ketua Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Dewan Pers, Muhammad Jazuli, menyoroti ketimpangan aturan antara media arus utama dan media sosial. “Media mainstream, apapun platform-nya, jelas diatur. Sementara media sosial, baik konten maupun bisnisnya, tidak ada aturan yang mengikat,” katanya.

Menurutnya, pemerintah perlu lebih peduli terhadap keberlangsungan media sebagai salah satu pilar demokrasi. “Kebijakan yang memberikan keringanan bagi media arus utama bisa membantu mereka bertahan,” ujarnya.

Jazuli juga mengingatkan soal pentingnya menjaga kepercayaan publik. Tingginya laporan ke Dewan Pers menunjukkan adanya dinamika hubungan media dengan masyarakat. “Di 2025 ini saja ada 867 pengaduan, dan mayoritas dimenangkan oleh pihak pengadu,” ungkapnya.

Sementara itu, Eva Danayanti dari International Media Support (IMS) menekankan relevansi media lokal dalam ekosistem digital.

“Kalau bicara konten, kuncinya ada di sekitar kita. Media lokal bahkan hiperlokal bisa lebih relevan jika dekat dengan audiens,” ujarnya.

Eva menambahkan, media lokal sebaiknya tidak hanya fokus pada produksi berita, tetapi juga membangun interaksi. “Audiens jangan dipandang hanya sebagai pembaca, tapi juga harus dilibatkan,” katanya.

Ia menekankan, masa depan media lokal bukan soal menjadi besar, melainkan relevan dengan konteks di lingkungannya.

Jabar Media Summit 2025 sendiri diikuti ratusan peserta dari media se-Jawa Barat, akademisi, pemerintah, hingga pelaku usaha.

Acara ini merupakan kolaborasi AyoBandung.id, Suara.com, dan Radar Cirebon, dengan tema Pendalaman Model Bisnis dan Konten Berdampak.

Empat topik utama dibahas, yakni: Masa Depan Media Lokal di Era Digital, Pemanfaatan AI untuk Mendukung Kerja Media Lokal, Membangun Konten Berdampak untuk Publik, serta Kolaborasi Media dengan Stakeholder.

Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari sejumlah mitra, di antaranya bank bjb, Bank BNI, Harita Nikel, Bio Farma, JNE, Eiger Adventure, PLN UID Jabar, Bank Indonesia Jawa Barat, bjb Syariah, Pos Indonesia, Cirebon Power, Modena, Diskominfo Kota Cirebon, dan Yamaha. (*)

Pewarta : TIMES Magang 2025
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Tarakan just now

Welcome to TIMES Tarakan

TIMES Tarakan is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.