TIMES TARAKAN, BANDUNG – Industri kopi Indonesia terus menunjukkan potensi besar, tidak hanya sebagai komoditas unggulan, tetapi juga sebagai bagian dari gaya hidup dan ekonomi kreatif.

Di tengah perkembangan tersebut, Expat Roasters menempatkan pengelolaan coffee beans secara profesional sebagai fondasi utama dalam menjaga kualitas dan daya saing, sekaligus memperkuat posisi kopi lokal di pasar nasional maupun internasional.

Manager Kopi Expat Roasters, Farhan Wang, menjelaskan bahwa Expat Roasters berdiri pertama kali di Bali pada tahun 2016 dan berkembang secara bertahap ke sejumlah kota besar di Indonesia.

Saat ini, Expat Roasters telah hadir di Makassar, Surabaya, Jakarta, Bandung, serta kawasan Bumi Serpong Damai (BSD). Khusus di Bandung, gerai Expat Roasters baru beroperasi sekitar empat bulan terakhir dan menunjukkan respons pasar yang positif.

“Sejak awal, Expat Roasters memang memposisikan diri sebagai specialty coffee. Fokus utama kami ada pada kualitas beans, mulai dari proses tanam, pascapanen, hingga roasting yang kami kelola secara profesional,” ujar Wang, Minggu (28/12/2025). 

Menurut Wang, Expat Roasters memiliki sekitar 21 varian beans pilihan, dengan komposisi sekitar 98 persen berasal dari kopi lokal Indonesia.

Hanya sebagian kecil yang menggunakan beans impor, yakni dari Brasil dan Ethiopia, yang digunakan sebagai komponen blend. Pendekatan ini menegaskan komitmen Expat Roasters dalam memberdayakan petani kopi lokal sekaligus menjaga karakter rasa khas Nusantara.

Sebagai perusahaan specialty coffee, Expat Roasters menerapkan standar penilaian kualitas yang ketat. Seluruh beans yang digunakan melalui proses kurasi dan penilaian berbasis Specialty Coffee Association (SCA), termasuk penilaian skor kualitas.

“Kami tidak hanya membeli kopi, tetapi memastikan seluruh prosesnya sesuai standar high quality. Mulai dari asal kebun, pengolahan, hingga roasting, semuanya terkontrol,” jelas Wang.

Salah satu ciri khas Expat Roasters adalah dominasi beans dari Bali Kintamani, sejalan dengan sejarah awal perusahaan yang lahir di Bali.

Beans Bali Kintamani dikenal memiliki karakter rasa fruity, sweetness yang tinggi, dan profil rasa yang unik. Selain Bali, Expat Roasters juga mengombinasikan beans dari berbagai daerah lain seperti Jawa Barat, Sumatera, dan Toraja untuk menghadirkan karakter blend yang seimbang.

“Kami ingin kopi Indonesia tetap menjadi bintang utama. Setiap daerah punya karakter rasa yang khas, dan tugas kami adalah mengelolanya secara profesional agar kualitasnya konsisten,” kata Wang.

Dari sisi bisnis, Expat Roasters tidak hanya mengandalkan penjualan ritel di gerai, tetapi juga mengembangkan lini business-to-business (B2B).

Saat ini, Expat Roasters telah bekerja sama dengan sekitar 80 perusahaan di Jakarta sebagai pemasok beans kopi. Selain itu, penjualan beans juga dilakukan secara daring, disertai penjualan merchandise sebagai bagian dari penguatan brand.

Di Bandung sendiri, Expat Roasters mempekerjakan sekitar 20 karyawan, dengan 10 barista yang telah dibekali pelatihan standar specialty coffee.

Wang menyebut bahwa peningkatan kunjungan paling signifikan terjadi pada akhir pekan dan masa libur panjang, termasuk periode akhir tahun. “Traffic cukup meningkat saat weekend dan long weekend. Ini menunjukkan antusiasme pasar terhadap kopi berkualitas terus tumbuh,” ujarnya.

Lebih jauh, Wang menegaskan bahwa kekuatan Expat Roasters terletak pada konsistensi pengelolaan beans yang profesional, meski perusahaan didirikan oleh ekspatriat. “Meski founder kami berasal dari Australia, filosofi Expat Roasters justru kuat pada pengembangan kopi lokal. Profesionalisme global kami padukan dengan kekayaan rasa Indonesia,” tutupnya.

Melalui pendekatan tersebut, Expat Roasters tidak hanya menghadirkan secangkir kopi berkualitas, tetapi juga berkontribusi dalam mengangkat nilai kopi Indonesia melalui pengelolaan beans yang terstandar, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi. (*)